TANAM ILMU SEKARANG PETIK HARI DEPAN

Selasa, 11 Desember 2007

RENUNGAN UNTUK MURID-MURID TERCINTA

. Selasa, 11 Desember 2007


Seorang laki-laki berjalan di bawah terik matahari melalui daerah tidak dikenal. Dia telah berjalan sepanjang hari ketika dia merasa cemas dan mulai khawatir bahwa dia mungkin salah jalan.

Mendadak dia terkejut melihat seorang laki-laki sangat-sangat tua duduk bersandar pada sebatang pohon. Kedua tangannya terlipat dan kepalanya terkulai di atas tangan. Rambut putih lelaki tua itu berkilau memantulkan sinar matahari. Si pengembara yang terkejut itu berlari menemuinya dan bertanya, “ Maaf, permisi, apakah anda baik-baik saja?’
Lelaki tua itu tidak bergerak ataupun menjawab. Si pengembara berlutut dan menyentuh bahu lelaki tua tersebut sambil; bertanya lagi, “ Permisi, apakah anda tidak apa-apa?”
Lagi-lagi dia tidak mendapatkan jawaban. Si pengembara berdiri dan berniat mel;anjutkan perjalanan, Ketika tiba-tiba kepala lelaki tua itu terangkat dan matanya terbuka lebar.

Dengan suara lemah dan terpatah-patah si lelaki tua itu berkata, “ teruslah berjalan; kau berada di jalan yang benar. Sebelum meyeberangi sungai, kumpulkan apa yang kau temukan di sana sebanyak-banyaknya, karena kau tidak akan pernah bisa kembali.” Matanya tertutup dan kepalanya kembali disandarkan pada tangannya.

Si pengembara menunggu, kemudian akhirnya berbalik dan melanjutkan perjalannya di bawah sengatan matahari, sambil berkata pada dirinya sendiri bahwa lelaki tua itu mungkin gila. Kemudian dia memikirkan perkataan lelaki tua itu dan tertawa sendiri, “ mungkin sungainya juga tidak ada !”.

Si pengembara berjalan terus dan akhirnya sampailah dia di kaki sebuah bukit besar. Ketika dia mencapai puncaknya, dia melihat sebuah sungai besar yang indah mengalir perlahan di balik bukit.

Dengan bersemangat, dia berlari menuruni bukit dan meloncat ke dalam air yang sejuk. Dia menari-nari sambil menciprat-cipratkan air ke atas sehingga membasahi seluruh tubuhnya. Tiba-tiba dia tertegun, suara lelaki tua itu terngiang kembali di tekinganya, “Sebelum meyeberangi sungai, kumpulkan apa yang kau temukan di sana sebanyak-banyaknya, karena kau tidak akan pernah bisa kembali.”

Si pengembara itu mencari-cari ke sekelilingnya tetapi tidak melihat apapun kecuali ranting, bebatuan, dan rerumputan biasa. Dia berpikir,” satu - satunya yang bisa kukumpulkan adalah batu-batu ini, tetapi untuk apa?”

Tapi dia membungkuk juga untuk mengumpulkan beberapa buah batu dan mengantonginya. Kemudian dia berbalik untuk menyeberangi sungai, tetapi dia berhenti lagi dan berpikir, “ ini hal paling gila yang pernah kulakukan.” Kemudian dia pun menyeberangi sungai.

Langit menjadi gelap, dan pengembara itu kelelahan, sehingga dia memutuskan untuk menghentikan perjalannaya dan mendirikan sebuah tenda kecil. Dengan cepat dia tertidur. Menjelang tengah malam mendadak dia terbangun dan berdiri. Dia menatap bulan purnama yang menerangi langit. Dia menjadi marah saat menyadari apa yang membangunkannya. Batu-batu dalam kantongnyalah yang telah mengganjal tubuhnya. Dia menggegam batu itu dan menyingkirkannya. Sinar bulan memantul pada batu-batu itu. Ternyata, batu-batu itu berubah menjadi intan permata yang tak ternilai harganya !.

Si pengembara merasa menyesal, “seandainya aku mengumpulkan lebih banyak lagi sebelum menyeberangi sungai tadi ,” pikirnya.

RENUNGAN UNTUK MURID-MURID TERCINTA (TERJEMAHANNYA) :

Kelas ini seperti tepian sungai yang penuh batu-batu berserakan yang akan menjadi permata jika kalian mengambilnya.

Seperti lelaki tua yang tidak dapat memaksa si pengembara mengambil batu sebanyak-banyaknya, Guru juga tidak dapat memaksa siswa mengumpulkan ilmu yang ditawarkan di sini. Tidak juga orang lain.

Tetapi, kita (guru) dapat dan akan mendorong siswa untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin sebelum siswa menyeberangi sungai karena siswa tidak akan pernah bisa kembali ke saat ini.

0 komentar:

 
TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com