TANAM ILMU SEKARANG PETIK HARI DEPAN

Minggu, 10 Februari 2008

Suara hati Seorang Guru

. Minggu, 10 Februari 2008
0 komentar

Waktu itu aku sedang asyik duduk-duduk di trotoar kemudian agak kaget sedikit ketika ada tangan yang tiba-tiba menepuk bahuku. Ah, kiranya seorang teman lama yang juga punya tujuan yang sama (jemput istri). Teman tadi sebut saja dengan nama Pak A kemudian ambil posisi duduk di sampingku. Obrolan hangatpun langsung mengalir tanpa batas. Tema yang kemudian menjadi pembicaraan kami adalah pendidikan anak.

Yach, anak-anak yang menjadi tumpuan kami untuk menjadi penerus di masa yang akan datang. Ketika jam menunjukkan angka pukul 15.00 Wib tanpa terasa obrolan kian panas begitu kita membicarakan tugas sebagai pendidik. Anak - anak yang masih lugu harus kita didik di rumah walau dengan waktu yang sangat-sangat pendek, di sekolah dengan lingkungan sekolah dengan beragam macam karakter mulai dari guru, murid, maupun lingkungan dengan waktu yang tertentu pula dan yang terakhir yang menurut kami mempunyai waktu terbesar adalah lingkungan setelah sekolah.

Lingkungan setelah sekolah atau waktu luang setelah sekolah merupakan waktu yang sangat sulit pendeteksian aktivitas anak-anak kita. Mari kita renungkan ketika kita berangkat pagi kurang lebih pukul 06.00 Wib kemudian sampai di rumah lagi pukul 17.00 kadang lebih, sedang anak-anak kita kebetulan masih balita dan yang besar kelas 2 SD. Di rumah setelah sekolah mereka kita percayakan kepada khadimat atau orang yang kita percaya untuk dapat mengawasi/mendidik anak kita . Alhamdulillah, masih ada rekan, saudara, bapak/ibu kita yang masih mau kita "titipi" anak-anak kita.

Tapi ada suara hati yang selalu menusuk-nusuk hati kami ketika kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup (yang di dunia maupun yang di akhirat) yang notabene juga salah satunya untuk pendidikan anak. Dimana kami yang kebetulan bekerja sebagai guru swasta dengan penghasilan yang pas (walau tidak semua) sangat sulit menemukan sekolah dengan biaya yang bisa kita jangkau tetapi mempunyai orientasi ke depan sangat baik dari segi sikap, pengetahuan maupun ketrampilan minimal standar kami.

Sekolah yang yang kita idamkan untuk dapat kita "titipi" anak-anak kita ternyata masih jauh dari jangkauan kami. Disitulah hati ini terasa teriris-iris, kami yang notabene seorang guru yang mengajar/mendidik "anak-anak orang lain" dengan harapan-harapan yang sesuai dengan visi misi sekolah, ternyata anak-anak kita belum "terdidik" minimal dengan harapan-harapan kita dan visi misi sekolah yang kita "titipi"sebagai seorang guru ketika kita mendidik "anak-anak orang lain".

Itulah yang menjadikan renungan kami, Kita bekerja salah satunya untuk kebutuhan ekonomi kita tetapi di sisi yang lain kebutuhan pendidikan anak-anak kita belum dapat maksimal ketika kita "titipkan" ke sekolah yang sesuai dengan jangkauan ekonomi kita tetapi secara prinsip belum sesuai dengan harapan-harapan kita sebagai seorang wali murid. Memang pendidikan tidak seluruhnya dipasrahkan ke sekolah tetapi bagaimana pemanfaatan waktu yang baik di lingkungan sekolah, rumah maupun keluarga kita. Akhirnya mari kita bersama selalu dan selalu mencari solusi yang terbaik untuk tidak hanya anak-anak kita tetapi juga anak-anak didik agar ke depan dapat menjadi penerus yang dapat diandalkan baik untuk diri sendiri, keluarga, dan agama.

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com