TANAM ILMU SEKARANG PETIK HARI DEPAN

Selasa, 18 Desember 2007

INSTANSI TERKORUP

. Selasa, 18 Desember 2007
0 komentar

Kepolisian Negara RI adalah instansi paling korup dengan skor 4,2. Duduk di urutan kedua lembaga pengadilan dan parlemen dengan skor 4,1. Urutan ketiga ditempati partai politik dengan skor 4,0. Hasil itu tidak mengejutkan, sudah bisa diduga. Tajuk penelitian Barometer Korupsi Global 2007 yang diselenggarakan Gallup International ini memakai pendapat masyarakat mengenai korupsi dan catatan negara tentang lembaga publik yang meminta suap. Data diperoleh lewat wawancara 1.010 responden yang tinggal di perkotaan dengan metode sampling kuota. Dibandingkan dengan hasil penelitian oleh lembaga yang sama tahun 2005, 2006, dan 2007, hasil itu menarik. Pada tahun 2005 polisi mendapat skor 4,0, tahun 2006 skor 4,2, dan 2007 skor 4,2. Skor tahun 2005 dua tingkat di bawah skor tahun 2006 dan 2007. Pilihan masyarakat kota sebagai responden, kelompok warga masyarakat yang relatif lebih kritis dibandingkan dengan masyarakat pedesaan, mengasumsikan sudah dengan sendirinya mereka bersikap negatif terhadap perilaku polisi. Apalagi sehari-hari mereka berhadapan langsung dengan polisi, dalam jumlah, jenis, dan variasi masalah dan kasus yang lebih banyak dan lebih rumit daripada masyarakat pedesaan. Ditambah persepsi negatif sebelumnya, skor yang turun itu kembali naik ketika harapan baru tidak kunjung tiba. Perilaku "klasik" polisi, yang dipersepsikan suka terima suap dan suka memanfaatkan kesempatan, tampil kembali. Polri dengan sosok-sosok polisi di lapangan dipersepsikan sebagai instansi dan sosok paling korup. Di tengah upaya Polri mengembangkan kompetensi dan membangun citra baik plus kepercayaan, sering upaya itu direcoki perilaku beberapa oknum yang secara tidak langsung membuat citra korps Polri "terjun bebas". Coreng hitam wajah Polri lebih terungkap daripada keberhasilan dan citra baik yang sudah terbangun. Membangun kembali kepercayaan termasuk merawatnya jauh lebih sulit daripada membangun. Keberhasilan demi keberhasilan, sebagai contoh menangani terorisme, membongkar perdagangan narkoba, menangani pembalakan liar yang malah "bentrok" dengan instansi pemerintah lain, terhapus oleh beberapa bentuk perilaku buruk yang selama ini menjadi persepsi umum. Slogan Polri "siap melayani" tidak hanya selesai dengan menempelkan stiker dan pintu masuk kantor polisi. Membangun citra yang baik tidak hanya mengandalkan kompetensi dan profesionalitas. Membangun citra perlu dilandasi sikap masyarakat sebagai mitra, masyarakat sebagai warga yang perlu dilayani dan dilindungi. Itulah ujian bagi Polri sebagai "penegak hukum jalanan", menurut istilah Prof Satjipto Rahardjo, aparat yang langsung berada di arena perang. Persepsi Polri sebagai instansi paling korup tak perlu mengecilkan hati. Tempatkan skor terkorup itu pelecut saat bertugas di berbagai "medan perang" dengan "senyum, sapa, dan salam".
Disadur dari harian kompas kolom tajuk rencana***

Klik disini untuk melanjutkan »»

Rabu, 12 Desember 2007

HANYA SEBAIT DOA

. Rabu, 12 Desember 2007
0 komentar

Mendidik itu tidaklah sama dengan logika matematika yang pasti akan berjumlah empat jika ia merupakan pertambahan dua dengan dua. Mendidik itu selayaknyalah kita pahami dengan pendekatan seni. Muhammad Qutb menegaskan hal ini dengan medefinisikan pendidikan itu hanya dengan tiga kata yaitu Seni Membentuk Manusia.

Seperti halnya seni, ia harus masuk ke dalam relung-relung jiwa untuk menggugahnya agar kemudian ia dapat terbang melesat tinggi ke angkasa. Seperti ungkapan seorang penyair arab :
“ bila jiwa itu besar, raga akan lelah mengikutinya”.

Karena itulah mendidik tersebut akan menyerap sangat besar energi kita, yang akan sangat mungkin membuat kita menjadi letih. Ditambah lagi dengan kondisi yang tidak menjanjikan kepastian seperti halnya logika matematika.

Karena itu semua, kita akan sangat membutuhkan bantuan darimana saja dan dari siapapun jua. Dan salah satu bantuan yang utama adalah Doa.

Sepertiga malam yang terakhir adalah waktu yang sangat mulia dan mustajab untuk berdoa. Karenanya berdoalah kita dengan doa yang banyak. Dan diantara sekian banyak doa yang kita lantunkan ke langit semesta, sisipkanlah satu bait doa saja untuk mereka “murid-murid yang kita cinta”. Semoga keberadaan sebait doa itu dapat menjadi penambah kebermaknaan dalam kehidupan kita dan anak-anak didik kita.Amiin.


Prasatya H
Bait al Hikmah 2005

Klik disini untuk melanjutkan »»

Selasa, 11 Desember 2007

RENUNGAN UNTUK MURID-MURID TERCINTA

. Selasa, 11 Desember 2007
0 komentar


Seorang laki-laki berjalan di bawah terik matahari melalui daerah tidak dikenal. Dia telah berjalan sepanjang hari ketika dia merasa cemas dan mulai khawatir bahwa dia mungkin salah jalan.

Mendadak dia terkejut melihat seorang laki-laki sangat-sangat tua duduk bersandar pada sebatang pohon. Kedua tangannya terlipat dan kepalanya terkulai di atas tangan. Rambut putih lelaki tua itu berkilau memantulkan sinar matahari. Si pengembara yang terkejut itu berlari menemuinya dan bertanya, “ Maaf, permisi, apakah anda baik-baik saja?’
Lelaki tua itu tidak bergerak ataupun menjawab. Si pengembara berlutut dan menyentuh bahu lelaki tua tersebut sambil; bertanya lagi, “ Permisi, apakah anda tidak apa-apa?”
Lagi-lagi dia tidak mendapatkan jawaban. Si pengembara berdiri dan berniat mel;anjutkan perjalanan, Ketika tiba-tiba kepala lelaki tua itu terangkat dan matanya terbuka lebar.

Dengan suara lemah dan terpatah-patah si lelaki tua itu berkata, “ teruslah berjalan; kau berada di jalan yang benar. Sebelum meyeberangi sungai, kumpulkan apa yang kau temukan di sana sebanyak-banyaknya, karena kau tidak akan pernah bisa kembali.” Matanya tertutup dan kepalanya kembali disandarkan pada tangannya.

Si pengembara menunggu, kemudian akhirnya berbalik dan melanjutkan perjalannya di bawah sengatan matahari, sambil berkata pada dirinya sendiri bahwa lelaki tua itu mungkin gila. Kemudian dia memikirkan perkataan lelaki tua itu dan tertawa sendiri, “ mungkin sungainya juga tidak ada !”.

Si pengembara berjalan terus dan akhirnya sampailah dia di kaki sebuah bukit besar. Ketika dia mencapai puncaknya, dia melihat sebuah sungai besar yang indah mengalir perlahan di balik bukit.

Dengan bersemangat, dia berlari menuruni bukit dan meloncat ke dalam air yang sejuk. Dia menari-nari sambil menciprat-cipratkan air ke atas sehingga membasahi seluruh tubuhnya. Tiba-tiba dia tertegun, suara lelaki tua itu terngiang kembali di tekinganya, “Sebelum meyeberangi sungai, kumpulkan apa yang kau temukan di sana sebanyak-banyaknya, karena kau tidak akan pernah bisa kembali.”

Si pengembara itu mencari-cari ke sekelilingnya tetapi tidak melihat apapun kecuali ranting, bebatuan, dan rerumputan biasa. Dia berpikir,” satu - satunya yang bisa kukumpulkan adalah batu-batu ini, tetapi untuk apa?”

Tapi dia membungkuk juga untuk mengumpulkan beberapa buah batu dan mengantonginya. Kemudian dia berbalik untuk menyeberangi sungai, tetapi dia berhenti lagi dan berpikir, “ ini hal paling gila yang pernah kulakukan.” Kemudian dia pun menyeberangi sungai.

Langit menjadi gelap, dan pengembara itu kelelahan, sehingga dia memutuskan untuk menghentikan perjalannaya dan mendirikan sebuah tenda kecil. Dengan cepat dia tertidur. Menjelang tengah malam mendadak dia terbangun dan berdiri. Dia menatap bulan purnama yang menerangi langit. Dia menjadi marah saat menyadari apa yang membangunkannya. Batu-batu dalam kantongnyalah yang telah mengganjal tubuhnya. Dia menggegam batu itu dan menyingkirkannya. Sinar bulan memantul pada batu-batu itu. Ternyata, batu-batu itu berubah menjadi intan permata yang tak ternilai harganya !.

Si pengembara merasa menyesal, “seandainya aku mengumpulkan lebih banyak lagi sebelum menyeberangi sungai tadi ,” pikirnya.

RENUNGAN UNTUK MURID-MURID TERCINTA (TERJEMAHANNYA) :

Kelas ini seperti tepian sungai yang penuh batu-batu berserakan yang akan menjadi permata jika kalian mengambilnya.

Seperti lelaki tua yang tidak dapat memaksa si pengembara mengambil batu sebanyak-banyaknya, Guru juga tidak dapat memaksa siswa mengumpulkan ilmu yang ditawarkan di sini. Tidak juga orang lain.

Tetapi, kita (guru) dapat dan akan mendorong siswa untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin sebelum siswa menyeberangi sungai karena siswa tidak akan pernah bisa kembali ke saat ini.

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com